Thursday, December 01, 2011

Sang Penari

Nov, 23 2011 - Metropole XXI, Jakarta
Saya belum membaca novelnya, dan karenanya saya bersemangat untuk menonton. Biar gak terkontaminasi dengan cerita yang di buku dan biar gak terlalu berharap banyak.

Banyak yang bilang film-nya kurang bisa mengapresiasikan isi bukunya. Tapi menurut saya, itu adalah hal yang sangat wajar. Bayangkan, buku yang tebalnya kurang lebih 200 halaman, dirangkum hanya dalam 1,5 jam. Pasti akan banyak hal-hal kecil yang terlewat.


Kalau jalan ceritanya beda dari buku? Buat saya, sah-sah saja. Terserah si pengarang naskah dong, mau dibuat dengan ending yang sama dengan buku atau tidak. Namanya juga terinspirasi. Apa salahnya punya persepsi yang berbeda untuk ending-nya? Ya kan?


Sang Penari yang saya saksikan di bioskop, memuaskan untuk saya. Saya menikmati aksen medok yang diberikan oleh Oka Antara, meskipun saya kurang begitu menyukai akting Prisia Nasution di sini. Entah kenapa.


Cerita berawal dari sebuah desa bernama Dukuh Paruk yang biasa memiliki seorang ronggeng yang sedikit banyak dipercaya dapat memberikan kemakmuran pada desa.


Lalu terjadi tragedi terbunuhnya beberapa penduduk desa, termasuk si ronggeng, oleh karena keracunan bongkrek (baca: combro) yang dibuat oleh ayah dari Srintil (Prisia Nasution). Kedua orang tua dari Srintil akhirnya turut meninggal saat akan membuktikan bahwa makanan tersebut tidak beracun.


Akhirnya Srintil menjadi yatim-piatu yang berharap suatu saat nanti dia akan menjadi ronggeng-nya Dukuh Paruk agar semua masayarak desa tersebut bisa melupakan peristiwa pembunuhan tidak terencana oleh kudua orang tuanya.


Srintil tumbuh besar bersama Rasus (Oka Antara), dan Rasus tidak menyukai ide Srintil untuk menjadi ronggeng karena itu berarti semua orang di desa tersebut akan dengan bebas dapat menyentuh Srintil yang berstatus sebagai seorang ronggeng.


Namun akhirnya berhasil juga Srintil menjadi seorang ronggeng, dan Rasus pilih untuk meninggalkan desa tersebut untuk menjadi seorang tentara.


Menurut yang sudah pernah baca buku dan menonton film ini, ending cerita dari film ini berbeda dengan apa yang tertera di buku.


Nah, saya sendiri baru akan membaca bukunya tahun depan. Jadiiii, mari kita bahas lagi sesudah baca bukunya.


Untuk versi film, saya kasih 4 bintang. 


Semoga makin maju perfilman Indonesia. Ayo, kamu pasti bisa.. :)




p.s : Oka Antara, kamu "slurp!!!" banget deh.. :D



3 comments:

indrijuwono said...

Oka Antaranya belum komen di sini ya??
*mo bikin Ayu pingsan*

AyuYudha said...

beluuuum.. ini lagi nungguin..
*benerin jilbab*

sweetdhee said...

aaah, cari dimana yang kayak oka antaraaaa