Wednesday, November 30, 2011

Real Steel

XXI, Pejaten Village
Dari sekian banyak film, kenapa saya memilih untuk menonton film ini? Simply because I want to see Hugh Jackman. No expectation, nothing. 


Karena hari itu saya senang kesel sama si Pacar, jadilah saya nonton sendirian. Yak, malam minggu tapi saya sendirian. Berbarengan dengan hari pertama hadirnya Twilight Saga: Breaking Dawn di bioskop-bioskop terdekat, maka sukseslah saya berada di tengah-tengah antrian yang panjang.. *pijit-pijit betis*


Apa yang saya dapat di dalam bioskop?


Ternyata banyak.. Saya tidak salah memilih film ini. Bukan hanya Hugh Jackman yang berhasil bikin saya jatuh cinta sama film ini, tapi hampir semuanya. 

Saya menyukai anak kecilnya yang songong, nyebelin benci hamburger tapi ternyata dia hanya ingin ayahnya berjuang untuk dia, meski hanya sekali. 

Saya juga menyukai tokoh wanitanya yang meskipun rada tomboy tapi sebenarnya dia memiliki hati yang lembut. 

Saya juga menyukai pendeskripsian para robot-robot tersebut. Mereka terlihat seperti makhluk hidup yang memang benar-benar bernyawa.


Tapi bagian yang saya paling suka adalah ending-nya. Tidak memaksakan cerita dan aaah, pokoknya baguuuus.


Ada satu adegan dimana tokoh ceweknya bilang, kalo dulunya si Hugh Jackman ini terlihat indah sewaktu bertarung tinju di ring.


Dia ujung film, hadirlah si Hugh Jackman ini main tinju meskipun gak di dalam ring (kalo nanya kenapa bisa diluar ring, nonton aja sendiri yah.. ) dan dia memang terlihat indah.


Sungguh.. :)


Saya kasih 4*. Tadinya mau kasih 4.5* tapi berhubung saya rada bete karena semua orang nonton sama pasangan sedangkan saya sendirian, makanya saya kurangi bintangnya *alesan*

Saturday, November 19, 2011

Pertanyaan Untuk Seorang Anda

Saya mengerti, sangat mengerti, kalau saya bukanlah prioritas no.1 untuk Anda.


Dan saya tidak akan pernah meminta untuk menjadi prioritas no.1 dalam hidup Anda. Tidak.


Tapi apakah saya juga tidak berhak untuk menjadi no.2 atau no.3 atau bahkan no.5, untuk seorang Anda?


Atau mungkin saya yang kurang sadar bahwa saya memang bukan orang yang cukup penting?


Entahlah.. Dan sepertinya lebih baik saya tidak mendengar jawaban atas pertanyaan saya.


Saya takut kecewa. Maaf, saya tidak sekuat itu..




-berbalut selimut, berteman sepi-

Thursday, November 10, 2011

Quote - Ivan Panin


For every beauty there is an eye somewhere to see it..
For every truth there is an ear somewhere to hear it..
..for every love there is a heart somewhere to receive it

Sunday, November 06, 2011

The Warriors

blitxmegaplex, Grand Indonesia.
Setelah ketinggalan 1 film di EoS, lalu berhasil nonton 1 film lainnya yang absurd (masih di EoS), saya nekat melanjutkan perjalanan menuju Grand Indonesia buat ketemu sama Kak Windy yang rencananya bakal ngasih flyer IRF buat mas Jimmy.


Dan sayapun menonton The Warrior.


Meskipun si Pacar sudah nonton film ini, tapi mau juga deh nonton lagi.. *ngikik*


Ceritanya beralur maju, tapi tidak dari awal. Masa lalu para tokoh yang merupakan keluarga, yaitu seorang Ayah dan kedua anaknya, akan terungkap seiring dengan berjalannya film. Masa lalu mereka dapat kita tangkap dari percakapan mereka yang tidak terlalu sering.


Karena si Pacar sudah nonton, jelas bikin penasaran pengen nanya gimana sih ending dari film ini. Tapi dengan tegas dia menolak memberitahu bagaimana ending dari film ini.. *sigh*


Kakak beradik yang tadinya sudah berpisah, akhirnya dipertemukan dalam sebuah pertandingan semacam tinju liar yang berhadiah 5 juta dollar. Sang kakak adalah seorang guru yang sedang mempunyai hutang dan jika tidak mendapatkan uang maka rumahnya akan disita. Sedangkan adiknya adalah bekas tentara yang melarikan diri, mencari uang untuk diberikan kepada janda dari sahabatnya yang telah meninggal.


Disini diceritakan bagaimana mereka berdua sama-sama merasa kecewa dengan ayah mereka yang dulu, semasa ibunya masih hidup, tidak pernah mempedulikan mereka bahkan meninggalkan mereka.


Kalau kakaknya adalah seseorang yang sabar dan tekun, adiknya lebih berandalan dan keras kepala. Dan disitulah letak seni dari film ini.


Kesabaran melawan kekuatan otot, dan ternyata kesabaran masih tetap bisa menang.


Film yang bagus meski saya menyayangkan kenapa tidak menceritakan ending juga untuk ayahnya. Kan kasihan dia, cuma bisa ngeliat dari jauh pas dua anaknya berpelukan, berbaikan..


4* dari saya, terima kasih untuk cerita yang menimbulkan simpati.. :)