taken from other web |
Hari ini, di kantor saya dipaksa untuk merenung tentang sakit hati. Saya selalu merasa, terlalu banyak penyakit hati yang bercokol dalam kantor saya. Tiap orangnya selalu saja bertengkar dan berteriak satu sama lain. Ada saja hal-hal yang sebenarnya hanya hal kecil, namun karena intonasi dan kata-kata yang dipakai kurang baik, justru menyebabkan hal kecil itu menjadi besar dan merembet ke hal-hal lain. Lalu apa yang berikutnya terjadi? Sakit hati tentunya. Sakit hati yang terkadang tidak penting namun menjadi penting karena menyangkut "harga diri", katanya.
Dan hari ini, seharian saya mendengar keluh kesah teman saya yang saling merasa sakit hati. Si A sakit hati karena ucapan teman saya, si B yang mengatakan kalau dia itu gak becus kerja. Di sisi lain, si B juga merasa sakit hati karena dia merasa kalo si A gak pernah mau dengar kata-katanya dalam hal pekerjaan. Ini jadi pertanyaan buat saya, jangan-jangan alasan sebenarnya si A itu dianggap gak becus kerja oleh si B, hanya karena si A gak nurutin semua perintah si B. Sayapun tidak bisa memberikan banyak tanggapan karena saya tidak pernah berada dalam posisi mereka berdua. Tapi yang saya tau pasti, alangkah tidak sehatnya hubungan kerja mereka karena dibarengi dengan saling sakit hati. Saya yakin, beberapa hari ke depan, mereka akan sama-sama meledak dan saling berteriak untuk meluapkan ke-sakit hati-an mereka.
Pulang kerja, iseng saya menuliskan beberapa kata berikut di Twitter.
"enak banget kayanya kalo bisa punya hati yang mati rasa.. gak bakal ngerasain yang namanya sakit hati.. *smirk**"
Dan berikut ini tanggapan dari teman-teman saya.. :D
"kalo gak mau sakit hati, ya jangan kebanyakan ngarep.. *jleb*"
"jangan bikin orang lain sakit hati. karma itu ada loh.."
"cobalah untuk gak bergantung sama orang lain, biar gak sakit hati.."
"emang kebanyakan hati berasa sakit karena terlalu banyak berharap"
"kalo gak mau sakit hati ya gak usah idup aja!!"
"gak usah punya hati aja biar gak sakit hati.."
Nah, bisa dilihat kan variasi jawabannya? Ada yang berkesan sinis, ada yang bersifat simpatik. Ada yang menganggap kalo itu adalah hasil hubungan sebab-akibat. Pun ada yang menganggap itu adalah hasil akhir dari ekspektasi kita terhadap sesuatu.
Bagaimana dengan saya sendiri? Buat saya, sakit hati itu hal yang wajar. Malah sangat manusiawi sebenarnya. Tanpa saya sadari sekalipun, saya pasti pernah atau bahkan sedang menyakiti hati orang lain. Entah itu rekan kerja yang saya tertawakan ketika sedang melakukan hal-hal bodoh, entah itu asisten yang kadang saya marahi karena melupakan hal penting titipan saya, entah itu resepsionis yang saya beri tatapan sinis karena dia gak mau membawakan paket saya padahal jelas-jelas itu adalah tugasnya. Dan banyak contoh lain yang tidak perlu disebutkan lagi. Jadi, sebaiknya jangan melarut-larutkan rasa sakit hati itu. Bisa menggerogoti hal-hal baik yang ada pada diri sendiri. Lebih baik kita introspeksi diri sendiri saja, apa iya kita sudah bisa hidup tenggang rasa hingga memperkecil kemungkinan menyakiti hati orang lain.
Tapi apakah saya juga pernah merasa sakit hati? Tentu saja pernah, malah cenderung sering. Dengan teman sekantor maupun dengan pasangan.. Tapi itulah arti hidup bagi saya, proses sakit hati adalah salah satu pemanisnya..
2 comments:
Dari pada punya hati yang mati rasa, mending upayain berhati malaikat aja.
hai hai..
wah, tapi sepertinya tidak semua manusia bisa punya hati seperti malaikat yah? :D
Post a Comment