Friday, March 26, 2010

Live Through This...


Jujur, saya bingung saat ingin me-review buku ini. Saya pikir, buku ini tentang gigihnya perjuangan seorang ibu dalam menghadapi anaknya tanpa saya tau apa yg diperbuat oleh sang ibu maupun sang anak.

Setelah membaca halaman-halaman awal, saya baru sadar bahwa buku ini menceritakan tentang anak-anak yg berasal dari keluarga yg terpecah belah atau broken home. Sejak awal mereka menentang perpisahan orangtuanya, namun sang ibu bersikeras untuk berpisah dari ayah mereka.

“Mommy dan Daddy telah memutuskan untuk tinggal terpisah” kalimat ini mengawali hancurnya dunia Stephanie dan Amanda juga kedua adiknya Mary dan Mollie. Meluncurnya kalimat tersebut membuat ke-empat anak itu menangis tak terperi. Mereka memohon pada orangtuanya agar tetap bersatu, namun sang ibu sudah sangat tidak tahan dengan segala ketidak-konsistensi-an dari sang ayah tidak bergeming dengan keputusannya, ke-empat anaknya tinggal bersama si ibu. Dan setelah itu, Amanda dan Stephanie terus saja melakukan pembangkangan-pembangkangan terhadap semua aturan dari ibunya.

Kalimat diatas sudah pernah saya dengar sebelumnya 20 tahun yg lalu dari orangtua saya sendiri. Bedanya saya hanya sendirian, saya jelas tidak menangis dan saya tidak tinggal dengan keduanya. Dan membaca buku ini mengembalikan semua ingatan buruk tentang perpisahan orangtua dan fakta-fakta bahwa terkadang orangtua bisa menjadi sangat egois hingga kurang memikirkan tentang anak-anaknya. Orangtua yg selalu diberi label “memiliki-kasih-sayang-sepanjang-masa-untuk-anaknya” ternyata juga hanya individu-individu yang bisa menghentikan sejenak kasih sayang mereka karena embel “sudah-tidak-bisa-hidup-bersama-pasangan-lagi” tanpa memikirkan akibatnya untuk anak-anak mereka.

Yang saya tangkap dari buku ini, lebih merupakan pembelaan diri dari sang ibu baru sadar bahwa apa yg telah dia lakukan yang sebelumnya dia anggap sebagai yg terbaik buat dia, justru merupakan hal terburuk yg pernah ada dalam kehidupan anaknya.

Memang tidak semua anak yg orangtuanya bercerai akan menjadi anak yg nakal seperti mereka. Tapi sepertinya perceraian orangtua memang akan menimbulkan dampak tersendiri bagi sang anak. Selanjutnya, semua tergantung dari sifat dasar dan lingkungan si anak. Sepertinya Stephanie dan Amanda kebetulan sedang berada dalam umur yg masih labil dan lingkungan yg kurang mendukung. Maka jadilah mereka pemberontak.

Meski saya juga tidak membenarkan tindakan kriminal Amanda dan Stephanie yang mengatasnamakan “akibat-perceraian-orangtua”, mungkin mereka hanya berfikir bahwa semua tindakan buruk mereka tidak lebih buruk daripada perpisahan orangtua mereka.

Jika akhirnya Amanda dan Stephanie memilih untuk kembali menjadi anak-anak yang normal setelah bertahun-tahun tinggal di jalanan, pastilah karena mereka akhirnya sudah bisa menerima keadaan mereka yang semakin lama semakin memburuk sehingga mau tak mau mereka harus menarik diri mereka sendiri untuk keluar dari semua lingkaran tindakan buruk tersebut.

Cukup 2 bintang untuk ceritanya dan 1 bintang untuk keberanian menceritakannya..

No comments: