from web |
"Sudah "isi" apa belum?" ini adalah pertanyaan lanjutan dari "Kapan mau menikah?" dan menurut saya, keduanya adalah pertanyaan yang mengintimidasi. Banyak yang bilang tidak peduli akan jenis-jenis pertanyaan seperti itu, tapi saya merasa, dalam hati kecil mereka pasti terbersit sedikit (atau sedikiiiit sekali) rasa ingin mencapai apa yang sudah ditanyakan oleh orang-orang disekitar mereka.
Kali ini saya ingin sedikit membahas pertanyaan yang pertama. Diambil dari kisah nyata, teman-teman saya sendiri yang tentu saja namanya disamarkan.
Sebut saja A (baca: wanita) berusia diatas 30 tahun, menikah sudah hampir 3 tahun namun belum diberi kepercayaan untuk memiliki seorang anak. Begitu banyak usaha yang dia lakukan untuk memiliki seorang anak, ke dokter lah, mengikuti segala anjuran orang tua untuk makan ini itu biar subur lah, mencoba segala macam "variasi gerakan" supaya manjur lah, tidak lupa menghitung menurut kalender kapan tanggal suburnya. Namun sekali lagi, belum diberi kepercayaan. Suaminya begitu menginginkan seorang anak juga. Itu semakin membuat A berusaha sekuat mungkin untuk berhasil memiliki seorang anak.
Mari ketemu dengan B (baca: wanita) berusia 30 tahun kurang sedikiiit, menikah baru 1 tahun saja dan tidak ingin punya anak karena takut gemuk. Juga karena dia memang kurang menyukai anak kecil. Sangat kebetulan, suaminya pun tidak banyak menuntut dalam hal memberi keturunan.
Lalu mendadak di pertengahan minggu yang ceria, B mengeluhkan badannya kepada saya, dia merasakan tubuhnya semakin membengkak.
"Duh, kenapa badan gue melar gini sih? Masak baju gue robek gini jahitan sampingnya"
"Wah, lo kebanyakan kali deh.."
"Nggak ah. Biasa aja. Mana celana gue juga nambah satu nomer. Bete banget deh gue"
Lalu tanpa sadar, terceplos sebuah kalimat dari teman saya yang lain.
"Hamil kali lo, B"
...
...
Semuanya mendadak diam. Saya, A, dan B. Diam.
Esoknya, B datang dan mengeluhkan hal yang sama.
"Bener deh, legging gue udah gak muat. Pinggang gue makin lebar. Mana suami gue juga bilang kalo kayanya gue hamil. Pada tau gak sih, kalo gue gak mau hamil."
"Waaah, selamat ya B. Pasti nanti anak lo lucu deh, yakin guee.."
"Berisik. Gue gak mau hamil kok"
"Emang udah periksa pake test pack?"
"Belum sih"
"Yaudah, tes dulu sana."
"Gak usah, gue gak hamil kok. Besok Sabtu aja gue ke dokter, periksa. Jadi seandainya gue beneran hamil, gue bisa langsung bilang ke dokternya kalo gue gak mau punya anak. Gampang kan?"
Obrolan yang diatas benar-benar membuat saya sadar, bahwa yang namanya hamil, alias punya anak, memang bukan suatu pilihan.
Menjadi miris kalau membayangkan bagaimana perasaan A, yang sudah melakukan berbagai macam hal untuk memiliki seorang anak, namun tidak kunjung berhasil. Tapi B, seorang istri yang tidak atau belum ingin memiliki anak, justru diberi kesempatan untuk mengandung terlebih dahulu.
Sekali lagi, saya hanya bisa terdiam mendengar rencana dari B. Sejujurnya saya merasa dia tidak bercanda. Dan karenanya, saya tidak melanjutkan perbincangan diatas. Entah apa yang akan ada di dalam pikiran A, jika dia mendengar kalimat terakhir dari B. Mengingat semua usaha, uang dan doa yang dikeluarkan oleh A, akan sangat sulit bagi A untuk ikut bersemangat menyambut kehamilan dari B.
Dengan berada dalam situasi seperti ini lah, saya semakin merasa kalau pertanyaan-pertanyaan seperti itu termasuk dalam salah satu bentuk intimidasi untuk orang-orang yang sudah menikah namun belum memiliki anak. Kadang orang lain hanya bertanya untuk berbasa-basi, tapi tidak ada yang tahu apa efek yang akan dialami oleh orang yang diberi pertanyaan tersebut.
Sekarang ini, A masih tetap melakukan berbagai macam usahanya, namun sudah jarang bercerita pada teman-temannya terutama bila ada B di sekitarnya. Lain dengan A, sekarang ini B selalu diam saja saat ada yang menanyakan soal kehamilannya. Tidak berkata tidak, juga tidak berkata iya. Dan saya tidak ingin bertanya lebih lanjut, takut mendengar jawabannya.. *sigh*
Dengan berada dalam situasi seperti ini lah, saya semakin merasa kalau pertanyaan-pertanyaan seperti itu termasuk dalam salah satu bentuk intimidasi untuk orang-orang yang sudah menikah namun belum memiliki anak. Kadang orang lain hanya bertanya untuk berbasa-basi, tapi tidak ada yang tahu apa efek yang akan dialami oleh orang yang diberi pertanyaan tersebut.
Sekarang ini, A masih tetap melakukan berbagai macam usahanya, namun sudah jarang bercerita pada teman-temannya terutama bila ada B di sekitarnya. Lain dengan A, sekarang ini B selalu diam saja saat ada yang menanyakan soal kehamilannya. Tidak berkata tidak, juga tidak berkata iya. Dan saya tidak ingin bertanya lebih lanjut, takut mendengar jawabannya.. *sigh*
Namun diantara semuanya, saya yakin dan percaya, Allah selalu mempunyai jalan yang terbaik untuk umatnya.. :)
2 comments:
ahiks..
sediiiiih..
kasian si A
kasian si B jugaaa
iyah, kasian dua-duanya.. :(
Post a Comment