Film ini bercerita tentang kisah cinta gadis desa penderita tuna netra yang pandai melukis dengan pria yang datang dari kota dan berprofesi sebagai fotografer. Berlokasi di danau Toba, film ini mengambil budaya Batak sebagai latar belakang kisah ini. Sepanjang film, ada banyak dialog yang menggunakan bahasa Batak, untungnya diberi terjemahan di bagian bawah layar sehingga memudahkan orang lain (baca: saya) untuk mengerti percakapan dalam film ini. Alurnya yang sangat cepat dan ending yang sama sekali tidak saya duga membuat saya memberikan 3* buat film ini.
Pas nonton film ini, gak tau kenapa saya merasa kalo yang ada di dalam studio itu pastilah rata-rata orang Batak yang sangat cinta sama sukunya sendiri.. *lirik yang disebelah*
Mereka mampu tertawa seketika waktu mendengar sang tokoh berbicara dengan bahasa Batak, sedangkan saya harus repot-repot membaca teks terjemahan di bawahnya dulu untuk kemudian tertawa. Ya kan? Positif deh mereka semua orang Batak.. Sayang banget filmnya cuma berdurasi sekitar 1 jam. Padahal kalau menurut saya, film ini masih bisa di eksplor lagi biar lebih cihuy. Untungnya saya suka sama Kinaryosih dan Alex Abbad, jadi saya enjoy aja selama film ini main.. Terimakasih pacar, udah narsis banget sampe ngajakin nonton film ini..
No comments:
Post a Comment